Bahan Ajar Materi Kuliah elektro (catatan matakuliah) online USTJ-PAPUA, merupakan metode kuliah yang dilakukan secara tidak langsung. Pembelajaran dan Jadwal Materi kuliah (kuliahonline) teknik elektro diharapkan menjadi solusi dan alternatif terbaik guna mengembangkan bidang IT terutama lebih kearah kemandirian dalam proses belajar mengajar. Perubahan sedikit jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali. Kesempurnaan masih terus dilakukan dan diharapkan menuju kesempurnaan seperti yang diharapkan.

Metode Numerik

Secara lengkap terdiri dari 3 materi terutama untuk masing-masing metode di bawah ini,silahkan di download materinya:
1. Metode Biseksi
2. Metode Regula Falsi
3. Metode Newton Raphson
Read more »

Pembangkit Energi Elektrik

A. Umum
Pusat pembangkit tenaga listrik adalah tempat dimana proses pembangkitan tenaga listrik dilakukan. Pada pembangkitan tenaga listrik terjadi proses konversi energi primer (bahan bakar atau potensi tenaga listrik) menjadi energi mekanik (dihasilkan mesin penggerak generator atau biasa disebut penggerak utama/prime mover) yang selanjutnya energi mekanik diubah menjadi energi listrik oleh generator.
Pada umumnya pada pusat pembangkit tenaga listrik terdapat:
1. Instalasi Energi Primer, yaitu instalasi bahan bakar atau instalasi tenaga air.
2. Instalasi mesin penggerak generator, yaitu instalasi yang berfungsi sebagai pengubah energi primer menjadi energi mekanik penggerak generator. Mesin penggerak generator ini dapat berupa ketel uap beserta turbin uap, mesin diesel, turbin gas dan turbin air.
3. Instalasi pendingin, yaitu instalasi yang berfungsi mendinginkan mesin penggerak yang menggunakan bahan bakar.
4. Instalasi Listrik, yaitu instalasi yang secara garis besar terdiri dari:
a. Instalasi tegangan tinggi, yaitu instalasi yang menyalurkan energi listrik yang dibangkitkan generator.
b. Instalasi tegangan rendah yaitu instalasi alat-alat bantu dan instalasi penerangan.
c. Instalasi arus searah yaitu instalasi yang terdiri dari baterai/aki beserta pengisinya dan jaringan arus searah yang terutama digunakan untuk proteksi, kontrol dan telekomunikasi.

B. Jenis-Jenis Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
Jenis-Jenis Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang ada dan dioperasikan secara komersiil yaitu:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Pembangkit listrik ini menggunakan tenaga air sebagai sumber energi primer.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Pembangkit listrik ini menggunakan Bahan bakar minyak sebagai sumber energi primer.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar batu bara, minyak atau gas sebagai sumber energi primer.
4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Pembangkit listrik ini menggunakan bahan bakar gas sebagai sumber energi primer.
5. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)
Pembangkit listrik ini merupakan kombinasi PLTG dengan PLTU . gas buang dari PLTG dimanfaatkan untuk menghasilkan uap dalam ketel uap penghasil uap untuk penggerak turbin uap.
6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Pembangkit listrik Tenaga Panas Bumi merupakan PLTU yang tidak mempunyai ketel uap karena penggerak turbin uapnya di dapat dari dalam bumi.
7. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
Pembangkit listrik Tenaga Nuklir merupakan PLTU yang menggunakan uranium sebagai bahan bakar yang menjadi sumber energi primernya. Uranium menjalani proses fission (fisi) di dalam reaktor nuklir yang menghasilkan energi panas yang digunakan untuk menghasilkan uap dalam ketel uap. Uap ini selanjutnya digunakan untuk menggerakkan turbin uap penggerak generator.
Pusat pembangkit tenaga listrik yang telah disebutkan diatas disebut juga pembangkit listrik konvensional yang artinya pembangkit listrik yang secara ekonomis bisa dikomersilkan. Sedangkan pembangkit tenaga listrik yang masih dalam taraf penelitian dan belum bisa dikomersilkan disebut pembangkit listrik non konvensional (PLT pasang surut air laut, Magnetohidro dll)

C. Masalah Utama Dalam Pembangkitan Tenaga Listrik
Masalah utama yang dihadapi dalam pembangkitan tenaga listrik adalah:
1. Penyediaan Energi Primer
Energi primer untuk pusat listrik thermal adalah bahan bakar. Penyediaan bahan bakar meliputi: pengadaan, transportasi dan penyimpanannya, terutama yang memerlukan perhatian terhadap resiko kebakaran.
Energi primer PLTA adalah air. Pengadaannya dari sungai dan hujan, sedangkan penyimpanannya di waduk. Untuk PLTA, konservasi hutan pada daerah aliran (DAS) sangat penting agar hutan berfungsi sebagai penyimpan air sehingga tidak timbul banjir di musim hujan dan tidak kekeringan pada waktu musim kemarau.
2. Penyediaan Air Pendingin
Masalah penyediaan air pendingin timbul pada pusat listrik thermal seperti PLTU dan PLTD. PLTU dengan daya terpasang lebih dari 25 MW banyak dibangun di daerah pantai karena membutuhkan air pendingin dalam jumlah yang besar shg bisa menggunakan air laut sebagai air pendingin.


3. Masalah Limbah
PLTU batu bara menghasilkan limbah berupa abu batu bara dan asap yang mengandung gas SO2, dan CO2. PLTD dan PLTG mempunyai limbah minyak pelumas. PLTN mempunyai limbah uranium.
4. Masalah Kebisingan.
Pusat listrik tenaga thermal mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi berupa suara keras bagi masyarakat yang tinggal didekatnya.
5. Operasi
Operasi pusat tenaga listrik sebagian besar 24 jam sehari. Biaya penyediaan tenaga listrik sebagian besar (± 60 %) untuk operasi pusat tenaga listrik, khususnya untuk membeli bahan bakar.
6. Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan pusat tenaga listrik diperlukan untuk:
a. mempertahankan efisiensi
b. mempertahankan keandalan
c. mempertahankan umur ekonomis
Bagian-bagian peralatan yang memerlukan pemeliharaan terutama adalah:
a. bagian yang bergeser (bantalan, piston ring, dll)
b. bagian yang mempertemukan zat-zat dengan suhu yang berbeda (penukar panas/heat exhanger) dan ketel uap).
c. Kontak-kontak listrik dalam sakelar serta klem penyambung kabel listrik.
7. Gangguan
Gangguan adalah peristiwa yang menyebabkan pemutus daya membuka (trip) di luar kehendak operator. Gangguan bisa berupa hubung singkat dsb.

8. Pengembangan Pembangkitan
Pada umumnya pusat listrik yang berdiri sendiri maupun yang dihungkan dalam interkoneksi memerlukan pengembangan karena beban yang dipasok pasti selalu bertambah sedangkan dilain pihak pembangkit yang ada semakin tua dan perlu dikeluarkan dari operasi. Pengembangan pembangkitan khususnya dalam interkoneksi selain memperhatikan gangguan dan kerusakan (jaringan semakin luas) juga harus diperhatikan masalah saluran transmisi dalam sistem.
9. Perkembangan Teknologi Pembangkitan.
Perkembangan teknologi pembangkitan umumnya mengarah ke perbaikan efisiensi dan penemuan konversi energi baru dan penemuan bahan bakarbaru. Perkembangan ini meliputi perangkat keras (hardware) seperti komputer dan perangkat lunak (sofware) seperti pengembangan model matematika untuk optimasi.

D. Keuntungan dan Kerugian pengoperasian Pembangkit Thermis (PLTU) dan Non Thermis (PLTA)
(Ditinjau dari segi investasi, polusi, bahan bakar, pengoperasian dan lingkungan)
Thermis (PLTU)
1. Keuntungan (tinjau dari segi investasi, lingkungan, operasional, dan lain-lain)
a. dari segi investasi PLTU lebih murah
b.
2. kerugian
a. Menyebabkan polusi
b. BB lebih mahal
c. Operasi lbh mahal

E. Mutu Tenaga Listrik
Dengan makin pentingnya peranan tenaga listrik dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi keperluan industri, maka mutu tenaga listrik juga menjadi tuntutan yang makin besar dari pihak pemakai. Mutu tenaga listrik tersebut meliputi:
1. Kontinyuitas penyediaan: apa tersedia 24 jam sehari sepanjang tahun.
2. Nilai tegangan : apakah selalu ada dalam batas-batas yang diijinkan.
3. Nilai Frekuensi: apakah selalu ada dalam batas-batas yang diijinkan.
4. Kedip tegangan: apakah besarnya dan lamanya masih dapat diterima oleh pemakai tenaga listrik.
5. Kandungan Harmonisa: apakah jumlahnya masih dalam batas-batas yang diterima oleh pemakai tenaga listrik.

Read more »

Sistem Linier

Mata kuliah ini membahas tentang sistem linier tak ubah waktu (linier time-invariant -LTI), baik sisem waktu kontinyu maupun waktu diskrit dalam berbagai kawasan (domain) yakni kawasan waktu, kawasan frekuensi, kawasan-s dan kawasan-z. Metode yang digunakan dalam analisa sistem tersebut memberikan konstribusi yang besar pada ilmu teknik elektro. Dan dibutuhkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisa sistem LTI
Read more »

Analisa Sistem Tenaga Listrik 2

GANGGUAN

Gangguan : setiap kesalahan dalam suatu rangkaian yang menyebabkan terganggunya aliran arus yang normal.

Tujuan utama analisis gangguan :
1. Menentukan arus maksimum dan minimum hubungan singkat tiga fasa,
2. Menentukan arus gangguan taksimetris bagi gangguan satu dan dua lin-ketanah,
gangguan lin-ke-lin dan rangkaian terbuka,
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi,
4. Menentukan kapasitas pemutus dari breaker-breaker (CB),
5. Menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan busbar selama gangguan.

Perhitungan arus gangguan dibagi dalam dua tipe utama :
1. Gangguan husing 3 fasa, yakni ketika jaringan secara elektrik tetap seimbang.
Kalkulasi dengan rangkaian ekivalen normal satu fasa.
2. Gangguan selain husing 3 fasa, yakni ketika jaringan secara elektrik tidak
seimbang,kalkulasi dengan metode khusus (metode komponen simeteris)

Jika terjadi gangguan pada jaringan daya, arus yang mengalir ditentukan :
- Emf-dlam mesin pada jaringan impedansinya,
- Impedansi pada jaringan antara mesin dengan titik tempat terjadinya gangguan.
Read more »

Tugas Transmisi Daya Elektrik

Tugas kelompok perencanaan trasmisi saluran udara dikumpulkan pada hari sabtu, 3 Mei 2008 pukul 12.00 Wit dan dipresentasikan pada hari Kamis, 8 Mei 2008.
Pelaksanaan asistensi tugas mulai jam 10.00 - 12.00 setiap hari selasa, kamis dan Sabtu di ruang Lab. Sistem Tenaga Lisrik - Elektro USTJ.

PEMBAGIAN TUGAS:
Kelompok 1 :Rencanakan suatu saluran transmisi fasa tiga dengan tegangan 150 KV, 110 km, 50 Hz. Saluran tersebut menyalurkan daya 70 MW, Gunakan representasi nominal pi.
Kelompok 2 :Rencanakan suatu saluran transmisi fasa tiga dengan tegangan 150 KV, 220 km, 50 Hz. Saluran tersebut menyalurkan daya 70 MW, Gunakan representasi nominal pi.
Kelompok 3 :Rencanakan suatu saluran transmisi fasa tiga dengan tegangan 220 KV, 200 km, 50 Hz. Saluran tersebut menyalurkan daya 150 MW, Gunakan representasi nominal pi.
Kelompok 4 :Rencanakan suatu saluran transmisi fasa tiga dengan tegangan 220 KV, 200 km, 50 Hz. Saluran tersebut menyalurkan daya 100 MW, Gunakan representasi nominal T.
Kelompok 5 :Rencanakan suatu saluran transmisi fasa tiga dengan tegangan 150 KV, 110 km, 50 Hz. Saluran tersebut menyalurkan daya 60 MW, Gunakan representasi nominal T.
Kelompok 6 :Rencanakan suatu saluran transmisi fasa tiga dengan tegangan 220 KV, 220 km, 50 Hz. Saluran tersebut menyalurkan daya 150 MW, Gunakan representasi nominal T.

Nama Kelompok :
Kelompok 1 ; Kelompok 4
a. Mareyke, a. Antonius
b. Yohanes, b. Irman H.P
c. Asael Wenda c. William A.T

Kelompok 2 ; Kelompok 5
a. Assa asso, a. Jamal Jumadi
b. Fransel, b. Maat Balyo
c. Herianto, c. Daniel A

Kelompok 3 ; Kelompok 6
a. Riko Aris, a. Lendi
b. Paul R, b. Charles H
c. Yosi P, c. Maichel B
Read more »

Tugas Mesin elektrik 2

Tugas kelompok saudara segera dilengkapi dan diketik termasuk dilengkapi gambar yang telah ada. Perlu dilengkapi dengan Mapping Materi sesuai Chapter sesuai dengan catatan pada laporan awal sdr.
Read more »

Networking dan Switching

Materi kuliah networking swichting ini terdiri dari beberapa hal sbb
1. Pendahuluan

Sejak memasyarakatnya Internet dan dipasarkannya sistem operasi Windows95 oleh Microsoft, menghubungkan beberapa komputer baik komputer pribadi (PC) maupun server dengan sebuah jaringan dari jenis LAN (Local Area Network) sampai WAN (Wide Area Network) menjadi sebuah hal yang biasa. Demikian pula dengan konsep "downsizing" maupun "lightsizing" yang bertujuan menekan anggaran belanja khususnya peralatan komputer, maka sebuah jaringan merupakan satu hal yang sangat diperlukan. Dalam makalah ini akan dibahas sebagian komponen yang diperlukan untuk membuat sebuah jaringan komputer.

2. Sejarah Jaringan
Konsep jaringan komputer lahir pada tahun 1940-an di Amerika dari sebuah proyek pengembangan komputer MODEL I di laboratorium Bell dan group riset Harvard University yang dipimpin profesor H. Aiken. Pada mulanya proyek tersebut hanyalah ingin memanfaatkan sebuah perangkat komputer yang harus dipakai bersama. Untuk mengerjakan beberapa proses tanpa banyak membuang waktu kosong dibuatlah proses beruntun (Batch Processing), sehingga beberapa program bisa dijalankan dalam sebuah komputer dengan dengan kaidah antrian.
Ditahun 1950-an ketika jenis komputer mulai membesar sampai terciptanya super komputer, maka sebuah komputer mesti melayani beberapa terminal. (Lihat Gambar 1.) Untuk itu ditemukan konsep distribusi proses berdasarkan waktu yang dikenal dengan nama TSS (Time Sharing System), maka untuk pertama kali bentuk jaringan (network) komputer diaplikasikan. Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara seri ke sebuah host komputer. Dalam proses TSS mulai nampak perpaduan teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang pada awalnya berkembang sendiri-sendiri.

Memasuki tahun 1970-an, setelah beban pekerjaan bertambah banyak dan harga perangkat komputer besar mulai terasa sangat mahal, maka mulailah digunakan konsep proses distribusi (Distributed Processing). Seperti pada Gambar 2., dalam proses ini beberapa host komputer mengerjakan sebuah pekerjaan besar secara paralel untuk melayani beberapa terminal yang tersambung secara seri disetiap host komputer. Dala proses distribusi sudah mutlak diperlukan perpaduan yang mendalam antara teknologi komputer dan telekomunikasi, karena selain proses yang harus didistribusikan, semua host komputer wajib melayani terminal-terminalnya dalam satu perintah dari komputer pusat.

Selanjutnya ketika harga-harga komputer kecil sudah mulai menurun dan konsep proses distribusi sudah matang, maka penggunaan komputer dan jaringannya sudah mulai beragam dari mulai menangani proses bersama maupun komunikasi antar komputer (Peer to Peer System) saja tanpa melalui komputer pusat. Untuk itu mulailah berkembang teknologi jaringan lokal yang dikenal dengan sebutan LAN. Demikian pula ketika Internet mulai diperkenalkan, maka sebagian besar LAN yang berdiri sendiri mulai berhubungan dan terbentuklah jaringan raksasa WAN.

3. Model referensi OSI dan Standarisasi
Untuk menyelenggarakan komunikasi berbagai macam vendor komputer diperlukan sebuah aturan baku yang standar dan disetejui berbagai fihak. Seperti halnya dua orang yang berlainan bangsa, maka untuk berkomunikasi memerlukan penerjemah/interpreter atau satu bahasa yang dimengerti kedua belah fihak. Dalam dunia komputer dan telekomunikasi interpreter identik dengan protokol. Untuk itu maka badan dunia yang menangani masalah standarisasi ISO (International Standardization Organization) membuat aturan baku yang dikenal dengan nama model referensi OSI (Open System Interconnection). Dengan demikian diharapkan semua vendor perangkat telekomunikasi haruslah berpedoman dengan model referensi ini dalam mengembangkan protokolnya.
Model referensi OSI terdiri dari 7 lapisan, mulai dari lapisan fisik sampai dengan aplikasi. Model referensi ini tidak hanya berguna untuk produk-produk LAN saja, tetapi dalam membangung jaringan Internet sekalipun sangat diperlukan. Hubungan antara model referensi OSI dengan protokol Internet.

Standarisasi masalah jaringan tidak hanya dilakukan oleh ISO saja, tetapi juga diselenggarakan oleh badan dunia lainnya seperti ITU (International Telecommunication Union), ANSI (American National Standard Institute), NCITS (National Committee for Information Technology Standardization), bahkan juga oleh lembaga asosiasi profesi IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers) dan ATM-Forum di Amerika. Pada prakteknya bahkan vendor-vendor produk LAN bahkan memakai standar yang dihasilkan IEEE. Kita bisa lihat misalnya badan pekerja yang dibentuk oleh IEEE yang banyak membuat standarisasi peralatan telekomunikasi seperti yang tertera pada Tabel 2.

4. Ethernet
Ethernet adalah sistem jaringan yang dibuat dan dipatenkan perusahaan Xerox. Ethernet adalah implementasi metoda CSMA/CD (Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection) yang dikembangkan tahun 1960 pada proyek wireless ALOHA di Hawaii University diatas kabel coaxial. Standarisasi sistem ethernet dilakukan sejak tahun 1978 oleh IEEE. (lihat Tabel 2.) Kecepatan transmisi data di ethernet sampai saat ini adalah 10 sampai 100 Mbps. Saat in yang umum ada dipasaran adalah ethernet berkecepatan 10 Mbps yang biasa disebut seri 10Base. Ada bermacam-macam jenis 10Base diantaranya adalah: 10Base5, 10Base2, 10BaseT, dan 10BaseF yang akan diterangkan lebih lanjut kemudian.
Pada metoda CSMA/CD, sebuah host komputer yang akan mengirim data ke jaringan pertama-tama memastikan bahwa jaringan sedang tidak dipakai untuk transfer dari dan oleh host komputer lainnya. Jika pada tahap pengecekan ditemukan transmisi data lain dan terjadi tabrakan (collision), maka host komputer tersebut diharuskan mengulang permohonan (request) pengiriman pada selang waktu berikutnya yang dilakukan secara acak (random). Dengan demikian maka jaringan efektif bisa digunakan secara bergantian.
Untuk menentukan pada posisi mana sebuah host komputer berada, maka tiap-tiap perangkat ethernet diberikan alamat (address) sepanjang 48 bit yang unik (hanya satu di dunia). Informasi alamat disimpan dalam chip yang biasanya nampak pada saat komputer di start dalam urutan angka berbasis 16. Sedangkan 48 bit angka agar mudah dimengerti dikelompokkan masing-masing 8 bit untuk menyetakan bilangan berbasis 16 seperti contoh di atas (00 40 05 61 20 e6), 3 angka didepan adalah kode perusahaan pembuat chip tersebut. Chip diatas dibuat oleh ANI Communications Inc. Contoh vendor terkenal bisa dilihat di Tabel 3, dan informasi lebih lengkap lainnya dapat diperoleh di http://standards.ieee.org/regauth/oui/index.html

Dengan berdasarkan address ehternet, maka setiap protokol komunikasi (TCP/IP, IPX, AppleTalk, dll.) berusaha memanfaatkan untuk informasi masing-masing host komputer dijaringan.
A. 10Base5
Sistem 10Base5 menggunakan kabel coaxial berdiameter 0,5 inch (10 mm) sebagai media penghubung berbentuk bus seperti pad Gambar 4. Biasanya kabelnya berwarna kuning dan pada kedua ujung kebelnya diberi konsentrator sehingga mempunyai resistansi sebesar 50 ohm. Jika menggunakan 10Base5, satu segmen jaringan bisa sepanjang maksimal 500 m, bahkan jika dipasang penghubung (repeater) sebuah jaringan bisa mencapai panjang maksimum 2,5 km.
Seperti pada Gambar 5, antara NIC (Network Interface Card) yang ada di komputer (DTE, Data Terminal Equipment) dengan media transmisi bus (kabel coaxial)-nya diperlukan sebuah transceiver (MAU, Medium Attachment Unit). Antar MAU dibuat jarak minimal 2,5 m, dan setiap segment hanya mampu menampung sebanyak 100 unit. Konektor yang dipakai adalah konektor 15 pin.

B. 10Base2
Seperti pada jaringan 10Base5, 10Base2 mempunyai struktur jaringan berbentuk bus. (Gambar 6). Hanya saja kabel yang digunakan lebih kecil, berdiameter 5 mm dengan jenis twisted pair. Tidak diperlukan MAU kerena MAU telah ada didalam NIC-nya sehingga bisa menjadi lebih ekonomis. Karenanya jaringan ini dikenal juga dengan sebutan CheaperNet. Dibandingkan dengan jaringan 10Base5, panjang maksimal sebuah segmennya menjadi lebih pendek, sekitar 185 m, dan bisa disambbung sampai 5 segmen menjadi sekitar 925 m. Sebuah segmen hanya mampu menampung tidak lebih dari 30 unit komputer saja. Pada jaringan ini pun diperlukan konsentrator yang membuat ujung-ujung media transmisi busnya menjadi beresistansi 50 ohm. Untuk jenis konektor dipakai jenis BNC.

C. 10BaseT
Berbeda dengan 2 jenis jaringan diatas, 10BaseT berstruktur bintang (star) seperti terlihat di Gambar 8. Tidak diperlukan MAU kerena sudah termasuk didalam NIC-nya. Sebagai pengganti konsentrator dan repeater diperlukan hub karena jaringan berbentuk star. Panjang sebuah segmen jaringan maksimal 100 m, dan setiap hub bisa dihubungkan untuk memperpanjang jaringan sampai 4 unit sehingga maksimal komputer tersambung bisa mencapai 1024 unit.
Menggunakan konektor modular jack RJ-45 dan kabel jenis UTP (Unshielded Twisted Pair) seperti kabel telepon di rumah-rumah. Saat ini kabel UTP yang banyak digunakan adalah jenis kategori 5 karena bisa mencapai kecepatan transmisi 100 Mbps.

5. Desain Jaringan
Pada saat kita telah mengetahui perangkat pendukung untuk membangun sebuah jaringan, maka langkah selanjutnya adalah mendesain jaringan sesuai yang kita perlukan. Apakah jaringan yang akan kita bangun akan berbentuk garis lurus (bus), bintang (star), lingkaran (ring), ataukah jaring (mesh) yang paling rumit? Juga apakah kecepatan transmisi jaringan kita merupakan jaringan rendah sampai menengah (beberapa M s/d 20Mbps), jaringan berkecepatan tinggi (ratusan Mbps) atau berkecepatan ultra tinggi (lebih dari 1Gbps)? Demikian pula media apa yang akan kita gunakan, apakai berbentuk jaringan kabel (wireline) atau memanfaatkan gelombang radio (wireless)? Yang terakhir, apakah jaringan kita untuk jaringan utama (backbone LAN) ataukah jaringan biasa (floor LAN) yang tentu saja memerlukan prasarana yang berbeda. Mungkin Tabel 5 bisa dibuat sebagai referensinya.

Demikianlah bahan kuliah maupun materi kuliah ini kita membicarakan dan mengenal beberapa alat dan sarana untuk sebuah jaringan, diharapkan akan lebih membuka wahana dan pengetahuan kita dalam merencanakan pembuatan sebuah jaringan. Setelah itu kita akan berusaha menelusuri lagi pembicaraan dari segi software, bentuk jaringan dan beberapa pemanfaatannya dalam tulisan selanjutnya dibagian ke-dua.

Referensi:
1. UNIX User Japan, Ed. 7, Vol. 5, No. 70, Mei 1998.
2. O. Koizumi, "Zukaide wakaru LAN nosubete," Nihon Jitsugyo Shuppan, Tokyo Agustus 1998.
3. Linux Japan, Ed. 2, Vol. 1, No. 4, Januari 1999.
4. H. Koyama, et.al, "Linux nyuumon," Toppan-shuppan, Tokyo, Oktober 1996.
5. Maebara, "Linux de Internet," Fuki-shuppan, Tokyo, April 1996.
6. http://www.datatelsup.com/, http://www.3com.co.jp/, http://www.sun.com/, http://www.dell.com/
7. http://www.ieee.org/, http://www.linux.or.id/, http://www.pii.or.id/elektro
Read more »

Mesin Elektrik 2 ( Mesin Arus Bolak-Balik)



Materi kuliah teknik elektro yang terkait dengan permesian listrik terbagi atas Mesin Elektrik ½. Secara umum materi tentang mesin elektrik atau sistem tenaga listrik/teknik tenaga listrik tidak terlepas dari jenis mesin yang dikelompokan menjadi 2 jenis sesuai dengan suplai energi yang diberikan, yaitu Arus Searah (DC) dan Arus Bolak-Balik (AC).

Oleh karena itu pada materi kuliah mesin elektrik/listrik pada program studi teknik elektro telah dikelompokan menjadi 3 bagian. Pada mesin elektrik 1 membahas tentang Mesin Arus Searah (DC), Mesin elektrik 2 tentang Mesin Arus Bolak-balik (AC) dan mesin elektrik 3 membahas tentang Transformator.



Mesin Elektrik 2 akan lebih difokuskan kepada Motor induksi. Secara umum motor induksi merupakan motor arus bolak balik yang paling umum luas penggunaannya. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan antara putaran rotor dengan medan putar yang dihasilkan oleh arus stator.

Berdasarkan penggunaannya, motor induksi paling banyak digunakan karena memiliki keuntungan, antara lain :

- Konstruksinya sederhana dan dapat diandalkan

- Harganya murah

- Mempunyai effisiensinya tinggi

- Tidak menggunakan sikat sehingga rugi yang ditimbulkan akibat gesekan sangat kecil.

- Power Faktor (PF) cukup baik.

- Perawatannya muda

- Penggunaan peralatan asut sangat sederhana.

Walaupun memiliki kelebihan, pada kenyataannya motor induksi mempunyai kekurangan/kerugian yaitu:

- Pengaturan kecepatannya tidak dapat dilaksanakan tanpa mengurangi effisiensinya.

- Kecepatan akan menurun seiring dengan pertambahan beban.

- Arus asutnya besar dan torsi startingnya kecil.

Kontruksi

Sebagaimana mesin elektrik arus searah, pada mesin elektrik arus bolak-balik (mesin induksi) terdiri dari : Rotor dan Stator, secara detail dapat dilihat pada gambar diatas.

Stator dari motor induksi mempunyai bentuk yang sama dengan motor sinkron ataupun generator sinkron. Stator terbuat dari susunan laminasi-laminasi besi silikon dengan ketebalan antara 4 – 5 mm yang pada diameter bagian dalam dibuat membentuk alur-alur guna tempat meletakkan belitan. Dalam alur stator diletakkan belitan-balitan stator yang posisinya berbeda fase sebesar 120 derajat listrik untuk setiap fasenya (motor 3 fase). Gulungan stator dibuat sesuai dengan jumlah kutub serta besar putaran yang diinginkan. Stator untuk mesin listrik dalam hal ini motor listrik yang berukuran kecil dibentuk dalam potongan utuh. Sedangkan untuk motor yang berukuran besar tersusun dari sejumlah segmen-segmen laminasi.
Rotor
motor induksi bila ditinjau berdasarkan jenis rotornya maka dibagi dalam 2 jenis rotor yaitu rotor Sangkar dan Rotor Belitan.
  1. Rotor Sangkar merupakan rotor yang terdiri dari batang-batang tembaga yang dihubungkan singkat pada ujung-ujungnya dan di cor menjadi satu kesatuan.
  2. Rotor belitan merupakan jenis rotor yang terbuat dari laminasi-laminasi besi dengan alur-alur yang gunanya untuk meletakkan belitan/kumparan yang pada bagian ujung masing-masing belitan dihubungkan singkat. to be continued




Read more »